Hari Sumpah Pemuda
Memperingati Hari Sumpah Pemuda dan HUT Mal Pekanbaru ke-7 dan Telkom ke-154
Minggu, Oktober 31, 2010
Lomba Blog di Mal Pekanbaru
Seiring dengan perayaan Hari Sumpah Pemuda dan HUT Mal Pekanbaru serta Telkom, Mal Pekanbaru mengadakan Lomba Blog antar SMP dan SMA. Kami yg mengikuti Lomba tsb berupaya untuk menjadi yg terbaik. Dengan dukungan guru kami, (terutama PAK SRI dan BU NIA) kami berusaha untuk tetap mencoba. Ternyata pesertanya sangat banyak, kami pun mulai tak percaya diri. tapi dengan nasehat dan dukungan guru kami, kami pun tetap mencoba menjadi yg terbaik.
gebyar HUT Telkom Ke-154
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-154, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dikemas dalam tema "Gebyar Budaya”. Seiring dengan transformasi yang dicanangkan pada 23 Oktober 2009, Telkom ingin memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan iman, budaya, dan olahraga. Demikian dikatakan Eddy Kurnia.
sebagai perusahaan nasional, Telkom memang selayaknya memberikan perhatian dan mendukung pengembangan kebudayaan Indonesia, sejalan dengan bisnis inti Telkom, yakni telekomunikasi, informasi, multimedia, dan edutainment (TIME). Didalam kebudayaan Indonesia itu, layak menjadi perhatian utama antara lain soal bentuk berbagai fitur dan konten pada alat komunikasi, baik yang bernuansa pendidikan maupun hiburan.
"Gebyar Budaya" Telkom akan dilangsungkan bersamaan dengan penyelenggaraan Knowledge Fair bertempat di Kantor Pusat Telkom di Bandung, dengan rangkaian berbagai program bernuansa budaya yang dapat dapat diikuti masyarakat umum. Telkom art festival misalnya, ajang kreasi seni dalam bentuk panduan seni musik/gerak tari/suara yang menunjukkan implementasi TIME, termasuk lomba jingle "The World in Your Hand", kontes fotografi, seni animasi, dan kreasi IT, serta cyber Olympiade
sumber : maharprastowo.com
sebagai perusahaan nasional, Telkom memang selayaknya memberikan perhatian dan mendukung pengembangan kebudayaan Indonesia, sejalan dengan bisnis inti Telkom, yakni telekomunikasi, informasi, multimedia, dan edutainment (TIME). Didalam kebudayaan Indonesia itu, layak menjadi perhatian utama antara lain soal bentuk berbagai fitur dan konten pada alat komunikasi, baik yang bernuansa pendidikan maupun hiburan.
"Gebyar Budaya" Telkom akan dilangsungkan bersamaan dengan penyelenggaraan Knowledge Fair bertempat di Kantor Pusat Telkom di Bandung, dengan rangkaian berbagai program bernuansa budaya yang dapat dapat diikuti masyarakat umum. Telkom art festival misalnya, ajang kreasi seni dalam bentuk panduan seni musik/gerak tari/suara yang menunjukkan implementasi TIME, termasuk lomba jingle "The World in Your Hand", kontes fotografi, seni animasi, dan kreasi IT, serta cyber Olympiade
sumber : maharprastowo.com
HUT Mal Pekanbaru ke-7
Mal Pekanbaru yg terletak tepat berada di depan Plaza Senapelan yaitu dipersimpangan Jalan Teuku Umar dan Jalan Jend Sudirman, merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang ada di kota Pekanbaru. Mal ini adalah pembuka dari sebuah sekuen maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern. Hal ini dikarenakan, pusat perbelanjaan sebelum Mal Pekanbaru berdiri, adalah pusat perbelanjaan tahun 1990-an. Mal Pekanbaru yang dibuka pada tahun 2003, langsung menjadi mal terbesar di Pekanbaru ketika itu. Namun sayang, tidak lama kemudian pada tahun 2004, dibuka lagi Mal yang lebih besar di Pekanbaru, yaitu Mal Ciputra Seraya. Dan tak terasa, Mal Pekanbaru Telah Berumur 7 tahun. Semoga Mal Pekanbaru menjadi lebih baik dari sebelumnya.
sumber : www.wikipedia.org
sumber : www.wikipedia.org
Terimakasi Buat Mall Pekanbaru dan PT.Telkom.net yang telah menyelangarakan lomba ini.
By:Dwirya Wahyucendekia & Igo Falatehan
Sejarah Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Sumpah Pemuda versi orisinal:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa IndonesiaKongres Pemuda Indonesia Kedua
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauanRapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkanSumpah Pemuda Keturunan Arab.Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.
Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
Abdul Muthalib Sangadji
Purnama Wulan
Abdul Rachman
Raden Soeharto
Abu Hanifah
Raden Soekamso
Adnan Kapau Gani
Ramelan
Amir (Dienaren van Indie)
Saerun (Keng Po)
Anta Permana
Sahardjo
Anwari
Sarbini
Arnold Manonutu
Sarmidi Mangunsarkoro
Assaat
Sartono
Bahder Djohan
S.M. Kartosoewirjo
Dali
Setiawan
Darsa
Sigit (Indonesische Studieclub)
Dien Pantouw
Siti Sundari
Djuanda
Sjahpuddin Latif
Dr.Pijper
Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
Emma Puradiredja
Soejono Djoenoed Poeponegoro
Halim
R.M. Djoko Marsaid
Hamami
Soekamto
Jo Tumbuhan
Soekmono
Joesoepadi
Soekowati (Volksraad)
Jos Masdani
Soemanang
Kadir
Soemarto
Karto Menggolo
Soenario (PAPI & INPO)
Kasman Singodimedjo
Soerjadi
Koentjoro Poerbopranoto
Soewadji Prawirohardjo
Martakusuma
Soewirjo
Masmoen Rasid
Soeworo
Mohammad Ali Hanafiah
Suhara
Mohammad Nazif
Sujono (Volksraad)
Mohammad Roem
Sulaeman
Mohammad Tabrani
Suwarni
Mohammad Tamzil
Tjahija
Muhidin (Pasundan)
Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
Mukarno
Wilopo
Muwardi
Wage Rudolf Soepratman
Nona Tumbel
Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.
2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
a. Kwee Thiam Hong
b. Oey Kay Siang
c. John Lauw Tjoan Hok
d. Tjio Djien kwie
Sejarah Singkat Boedi Oetomo
Bangsa Indonesia, yang dijajah oleh Belanda, hidup dalam penderitaan dan kebodohan selama ratusan tahun. Bahkan tingkat kecerdasan rakyat, sangat rendah. Hal ini adalah pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha untuk “membodohi” dan “membodohkan” bangsa jajahannya.
Politik ini jelas terlihat pada gambaran berikut:
- Pengajaran sangat kurang, bahkan setelah menjajah selama 250 tahun tepatnya pada 1850 Belanda mulai memberikan anggaran untuk anak-anak Indonesia, itupun sangat kecil.
- Pendidikan yang disediakan tidak banyak, bahkan pengajaran tersebut hanya ditujukan untuk menciptakan tenaga yang bisa baca tulis dan untuk keperluan perusahaan saja.
Keadaan yang sangat buruk ini membuat dr. Wahidin Soedirohoesodo yang mula-mula berjuang melalui surat kabar Retnodhumilah, menyerukan pada golongan priyayi Bumiputera untuk membentuk dana pendidikan. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil, sehingga dr. Wahidin Soedirohoesodo harus terjung ke lapangan dengan berceramah langsung.
Berdirinya Boedi Oetomo
Dengan R. Soetomo sebagai motor, timbul niat di kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa.
Langkah pertama yang dilakukan Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk mencari hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta, misalnya: Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.
Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka berkumpul dalam ruang kuliah anatomi. Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya.
“Boedi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik atau luhur. Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat, kemahirannya.
Kongres Pertama Boedi Oetomo (3 Oktober – 5 Oktober 1908)
Kongres ini diadakan di Kweekschool atau Sekolah Guru Atas Yogyakarta (Sekarang SMA 11 Yogyakarta) dengan pembicara:
- R. Soetomo (STOVIA Weltevreden)
- R. Saroso (Kweekschool Yogyakarta)
- R. Kamargo (Hoofd der School Magelang)
- Dr. MM. Mangoenhoesodo (Surakarta)
- M. Goenawan Mangoenkoesoemo
Setelah berlangsung selama tiga hari, kongres yang dipimpin oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo mengesahkan Anggaran Dasar Boedi Oetomo yang pada pokoknya menetapkan tujuan perhimpunan sebagai berikut:
Kemajuan yang selaras (harmonis) buat negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu pengetahuan).
Beberapa prestasi yang diraih oleh Boedi Oetomo diantaranya: penerbitan majalah "Guru Desa", perubahan pelajaraan Bahasa Belanda di Sekolah Dasar yang semula hanya diajarkan di kelas tiga ke atas berubah menjadi mulai kelas satu, serta mendirikan surat kabar resmi Boedi Oetomo berbahasa Belanda, Melayu, dan Jawa.
Boedi Oetomo telah memberikan teladan dengan berdiri di barisan terdepan membawa panji-panji kesadaran, menggugah semangat persatuan, adalah suatu kenyataan yang tidak boleh dikesampingkan.
Sumber : http://www.kebangkitan-nasional.or.id/?mod=teks&id=sj
Bagaimana?? bertambahkan wawasan kita tentang pahlawan reformasi~
sering" membaca yah!!
Museum Sumpah Pemuda adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari Selasa sampai dengan Jum'at dari pukul 08:00 hingga 15:00 WIB. Untuk hari Sabtu dan Minggudibuka dari pukul 08:00 - 14:00 WIB. Sedangkan setiap hari Senin dan hari besar nasional, museum ini ditutup untuk umum.
Museum ini memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. Museum Sumpah Pemuda ini didirikan berdasarkan SK Gubernur DKI pada tahun 1972 dan menjadi benda cagar budaya nasional.
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong.
Di gedung milik Sie Kok Liong ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti
Sejak 1925 gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java. Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stovia. Aktivis Jong Java menyewa bangunan 460 meter persegi ini karena kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini Langen Siswo.
Sejak 1926, penghuni gedung ini makin beragam. Mereka kebanyakan aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing. Kegiatan penghuni gedung itu juga makin beragam. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini aktif dalam kepanduan dan olahraga. Gedung ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September 1926, usai kongres pemuda pertama. Penghuni kontrakan, dengan payung PPPI, sering mengundang tokoh seperti Bung Karno untuk berdiskusi. Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Mereka memiliki pekerja yang mengurus rumah yang dikenal dengan nama Bang Salim.
Pemerintah Hindia-Belanda selalu mengawasi dengan ketat kegiatan rapat pemuda. Pemerintah memang mengakui hak penduduk di atas 18 tahun mengadakan perkumpulan dan rapat. Namun bisa sewaktu-waktu memberlakukan vergader-verbod atau larangan mengadakan rapat, karena dianggap menentang pemerintah. Setiap pertemuan harus mendapat izin dari polisi. Setelah itu, rapat dalam pengawasan penuh Politieke Inlichtingen Dienst (PID), semacam dinas intelijen politik. Rumah 106 ini juga selalu dalam kuntitan dinas intelijen ini, termasuk rapat ketiga Kongres Pemuda II.
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI. Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni menamakan gedung iniIndonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal H.J. de Graff sedang menjalankan politik tangan besi.
Kegiatan pemuda dialihkan ke Jalan Kramat 156 setelah para penghuni Kramat 106 tidak melanjutkan sewanya pada 1934. Gedung itu lalu disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal pada 1937-1951. Setelah itu, gedung disewa lagi oleh Loh Jing Tjoe, yang menggunakannya sebagai toko bunga dan hotel. Gedung Kramat 106 disewa Inspektorat Bea dan Cukai untuk perkantoran pada 1951 - 1970.
Pada 1968, Sunario berprakarsa mengumpulkan pelaku sejarah Sumpah Pemuda, dan meminta kepada Gubernur DKI mengelola dan mengembalikan gedung di Kramat Raya 106 milikSie Kong Liang yang telah berganti-ganti penyewa dan pemilik kepada bentuknya semula. Tempat ini disepakati menjadi Gedung Sumpah Pemuda, tetapi usulan mengganti nama jalan Kramat Raya menjadi jalan Sumpah Pemuda belum tercapai.
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Koleksi dan Tata Pameran
Koleksi
Sebagai museum khusus, koleksi museum ini terdiri dari koleksi yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Pada tahun 2007, keseluruhan koleksi berjumlah 2.867 koleksi, dimana koleksi utamanya adalah Gedung Kramat 106 yang merupakan tempat direncanakan dan dilaksanakannya Kongres Pemuda Kedua, 27 – 28 Oktober, 1928. Gedung ini terbagi atas bangunan utama dan paviliun. Bangunan utama terdiri atas serambi depan, satu ruang tamu, 5 kamar, dan satu ruang terbuka atau ruang rapat. Sedangkan bangunan paviliun memiliki 2 kamar.
Koleksi dari museum ini antara lain:
- Foto kegiatan organisasi pemuda, sebanyak 2.117 koleksi.
- Bendera organisasi, sebanyak 35 koleksi.
- Stempel, sebanyak 11 koleksi
- Biola Wage Rudolf Supratman, sebanyak 1 koleksi
- Patung dada tokoh pemuda, sebanyak 8 koleksi.
- Patung tokoh pemuda, sebanyak 11 koleksi.
- Perlengkapan pandu, sebanyak 9 koleksi.
- Jaket angkatan 1966, sebanyak 2 koleksi.
- Kursi, sebanyak 5 koleksi.
- Lukisan, sebanyak 4 koleksi.
- Vespa, sebanyak 1 koleksi.
- Diorama, sebanyak 1 koleksi.
- Pahatan marmer, sebanyak 3 koleksi.
- Monumen persatuan pemuda, sebanyak 1 koleksi.
- Lampu gantung, sebanyak 2 koleksi.
- Maket gedung museum sumpah pemuda, sebanyak 1 koleksi.
- Duratran, sebanyak 3 koleksi.
- Buku saku KBI, sebanyak 1 koleksi.
- Pewarta IPINDO, sebanyak 4 koleksi.
- Naskah statemen perjuangan 66, sebanyak 90 koleksi.
- Statemen perjuangan 66, sebanyak 50 koleksi.
- Dokumen perjuangan 66, sebannyak 18 koleksi.
- Buletin KAPPI, sebanyak 60 koleksi.
- Dokumen Brigade Ade Irma, sebanyak 104 koleksi.
- Proses persiapan dan pelaksanaan musyawarah luar biasa dan up-grrading se-Indonesia, sebanyak 23 koleksi.
- KAPPI Djaja Menteng Radja, Djakarta, sebanyak 23 koleksi.
- KAPI Komisariat Diponegoro 80, Djakarta Raya, sebanyak 8 koleksi.
- Sambutan gubernur kepala daerah khusus ibukota Djakarta dalam memperingat “Brigadi Merah” Ade Irma, sebanyak 17 koleksi.
- KAPI Jaya Salemba Raya Djakarta, sebanyak 62 koleksi.
- KAMI pusat Djakarta, sebanyak 43 koleksi.
- Statemen angkatan 66 kesatuan AKSI di Jakarta, sebanyak 8 koleksi.
- Kesatuan AKSI "KAPPI" pusat Djakarta Utara, sebanyak 20 koleksi.
- Kesatuan AKSI buruh PN Sabang Merauke Djakarta, sebanyak 16 koleksi.
- Buletin KAMI kons Bandung dan Bogor Djakarta 1967, sebanyak 13 koleksi.
- KAMI Medan – Sumatera Utara, sebanyak 8 koleksi.
- KAMI konsultan – Yogyakarta, sebanyak 5 koleksi.
- Anggaran dasar KAMI, sebanyak 24 koleksi.
- Inventarisasi statemen angkatan 66, sebanyak 13 koleksi.
- Piringan hitam, sebanyak 1 koleksi.
- Piagam penghargaan Wage Rudolf Supratman, sebanyak 2 koleksi.
- Atlas sekolah jaman Belanda, sebanyak 1 koleksi.
- Sabuk Hizbul Wathan, sebanyak 1 koleksi.
- Bintang Mahaputra, sebanyak 1 koleksi.
- Replika biola Wage Rudolf Supratman, sebanyak 1 koleksi.
Tata pameran
Koleksi yang dimiliki oleh museum ini dipamerkan dalam ruang pameran tetap dengan penataan yang mengikuti kronologis peristiwa Sumpah Pemuda dengan harapan dapat menggambarkan untaian peristiwa Sumpah Pemuda.
Penataan pamerannya adalah sebagai berikut:
Ruang pengenalan
Ruangan ini terletak di bagian depan gedung, persis di pintu masuk utama. Di ruangan ini dipamerkan
- Peta Indonesia tempat kedudukan dari organisasi-organisasi-organisasi pemuda kedaerahan
- Peta Jakarta yang menunjukkan tempat-tempat dilaksanakannya kongres pemuda kedua dan kondisinya saat ini.
- Panitia Kongres Pemuda Kedua
- Patung dada Muhammad Yamin dan Sugondo Djojopuspito
- Organisasi peserta kongres pemuda
- Maket Gedung Sumpah Pemuda
Di ruangan depan ini juga masih mempergunakan lantai ubin asli yang berasal dari jaman Belanda yang sekarang sudah cukup jarang ditemui di Jakarta.
Galeri ruang pengenalan
Langganan:
Postingan (Atom)